Sentimen
Positif (99%)
21 Jan 2023 : 17.56

Doel Sumbang: Kurangnya Regenerasi Pop Sunda Disebabkan Kerusakan Mental

21 Jan 2023 : 17.56 Views 7

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Doel Sumbang: Kurangnya Regenerasi Pop Sunda Disebabkan Kerusakan Mental

PIKIRAN RAKYAT - Musisi asal Jawa Barat, Doel Sumbang berpendapat, kendala terbesar dalam perkembangan industri pop Sunda yakni persoalan regenerasi yang sangat kurang. Penyebabnya adalah kerusakan mental.

“Artinya, banyak yang tidak percaya diri terhadap apa yang dimiliki, merasa malu terhadap budaya sendiri, merasa tidak keren kalau menggunakan bahasa daerah,” kata Doel, ketika berbincang dalam podcast Pikiraneun Rakyat di Redaksi Pikiran Rakyat, beberapa waktu lalu.

Buktinya, lagu “Runtah” miliknya  yang belum lama ini viral karena dipopulerkan kembali oleh Azmy Z via kanal Tiktok, lebih banyak dinyanyikan kembali oleh musisi dari luar Jawa Barat.

“Kenapa lagu Sunda tidak bisa sepopuler lagu berbahasa daerah lain, lihat saja lagu Runtah, yang cover kebanyakan dari Jawa Tengah, Jawa Timur, daerah lain, padahal pakai bahasa Sunda. Sampai-sampai, orang ngomong beureum aja ga bisa. Orang Sunda-nya kemana?” tutur musisi kelahiran 16 Mei 1963 ini.

Baca Juga: Sejuta Buruh Protes Rencana Reformasi Pensiun, Menkeu Prancis: Mogok Kerja Tak Buat Ekonomi Negara Merugi

Ketidakpercayaan diri sebagian besar orang Sunda, dinilainya sudah sangat kritis, sehingga harus “diobati”. Salah satunya, dimulai dengan hal-hal fundamental seperti kebiasaan orang Sunda yang dinilainya terlalu “menunduk” ketika bertemu atau menyapa orang lain. Padahal, santun tidak harus selalu menunduk. Bisa juga dengan bahasa, ekspresi, atau gestur lain.

Musisi Sunda yang telah menciptakan 1.020 lagu ini juga menyesalkan, hingga saat ini musisi Sunda yang mempopulerkan lagu berbahasa dan berbudaya Sunda dan dikenal oleh masyarakat luas, bisa dihitung dengan jari. Hal itu menunjukkan betapa miskinnya regenerasi musisi pop Sunda.

Hal itu dinilainya berbahaya. Apalagi, sejak awal, motivasi utama Doel untuk menciptakan lagu berbahasa Sunda atau lagu-lagu yang bercerita mengenai kehidupan di Tatar Sunda, adalah untuk melestarikan budaya Sunda. Menyepakati ajaran sesepuh, bahasa adalah nomor satu. Jika bahasa Sunda hilang, maka budaya Sunda juga hilang. Jika budaya Sunda hilang, maka bangsa Sunda juga akan hilang.

Baca Juga: Bahaya Ftalat Mengintai, Peneliti Temukan Kaitannya dengan Tumor Rahim

“Jadi, bahasa Sunda harus dipertahankan, supaya bangsanya tetap ada. Saya fokus ke situ. Kalau misalnya bahasa Sunda hilang, orang kan bisa mencari kaset Doel Sumbang tahun 80-an, di situ ada catatan bahasa Sunda seperti itu toh,” tuturnya.

Pop Sunda merupakan salah satu produk budaya yang muncul dari dialektika para seniman Sunda dengan pengalaman, kemudian dikemas ulang secara estetis menjadi kesadaran identitas tatar Sunda. Dalam perkembangannya, musik Sunda tetap berkolaborasi dengan instrumen Barat atau luar Sunda untuk melestarikan seni dan budaya, sehingga melahirkan genre musik pop Sunda.

Meskipun demikian, Doel mengaku berbahagia bahwa dengan popularitas “Runtah” yang terjadi saat ini sejak lagu tersebut diciptakan 27 tahun lalu, lagu berbahasa Sunda bisa masuk ke semua segmen, dari anak kecil hingga orang dewasa.

Baca Juga: Lebih Aman Vape atau Rokok? Kenali Kandungan yang Berbahaya bagi Kesehatan

“Di festival jazz hadir melalui Chakra Khan, anak punk juga membawakan, termasuk lagu Ditalipak. Artinya kan ini merupakan sesuatu yang unik,” ujarnya.

Meski kendala pemahaman berbahasa menjadi penghalang orang di luar Sunda untuk mengerti lirik Sunda yang disampaikan, Doel berharap agar masyarakat bisa terlebih dahulu menerima bahasa Sunda sebagai bunyi.

“Orang membawakan Besame Mucho juga kan enggak ngerti artinya, tapi dibawakan, orang suka. Anggap saja bahasa Sunda begitu. Kalau kita tidak bisa mempromosikan bahasa Sunda sebagai bahasa, kita bisa promosikan sebagai bunyi, sama seperti bunyi Tang Ting Tung. Lama-lama, orang juga akan suka,” tutur Doel.

Ketika konser di luar negeri seperti Jepang, misalnya, Doel pun pernah memberikan terjemahan “Pangandaran” kepada penonton di baris terdepan, agar bisa memahami lirik yang sama sekali asing bagi masyarakat setempat. Penonton pada akhirnya bisa menikmati lagu tersebut, sambil membaca terjemahan lirik lagu yang diberikan.***

Sentimen: positif (99.6%)