Sentimen
Netral (98%)
5 Jan 2023 : 17.02
Informasi Tambahan

BUMN: TransJakarta

Institusi: UGM

Menghindar dari tipu lowongan kerja palsu

5 Jan 2023 : 17.02 Views 28

Alinea.id Alinea.id Jenis Media: News

Menghindar dari tipu lowongan kerja palsu

Dari segala kejanggalan itu, ia merasa telah tertipu lowongan pekerjaan yang didapatkannya dari media sosial.

Mengatasnamakan perusahaan

Iklan lowongan pekerjaan palsu kini bukan cuma melalui media sosial, namun sudah disebar lewat aplikasi pesan WhatsApp. Pada Desember 2022, tersebar pesan berantai lowongan pekerjaan untuk beberapa posisi yang mengatasnamakan PT TransJakarta, disertai tautan yang mengarah ke situs web tertentu.

Sebelumnya, pada Juli 2022 iklan lowongan pekerjaan palsu juga beredar mengatasnamakan marketplace Tokopedia lewat pesan WhatsApp. Dalam pesan singkat disebut, salah satu perusahaan toko online terbesar di Indonesia itu membuka lowongan di departemen sumber daya manusia (SDM) paruh waktu secara online untuk usia 22-55 tahun, dengan gaji Rp200.000-Rp2 juta. Dicantumkan pula tautan situs web tertentu.

“Sayangnya, kami tidak bisa menyampaikan mengenai angka spesifik, tren, atau pun dampak dan kerugian dari penipuan lowongan pekerjaan ini,” ucap Head of External Communications Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya, saat dihubungi, Kamis (29/12).

Namun, Ekhel menyampaikan, pihaknya melakukan berbagai upaya agar masyarakat terhindar dari penipuan lowongan kerja yang mengatasnamakan perusahaannya. Salah satunya dengan sosialisasi di media sosial.

Ekhel mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar terhindar dari penipuan lowongan kerja yang mengatasnamakan Tokopedia. Pertama, pastikan posisi yang ditawarkan ada di kanal resmi perusahaan, seperti situs web dan media sosial.

Kedua, ia meminta masyarakat memeriksa alamat surat elektronik yang ada di informasi lowongan pekerjaan itu. Menurutnya, Tokopedia hanya menggunakan alamat surat elektronik resmi @tokopedia.com.

“Bila Anda menerima email dari domain lain, harap waspada karena itu pasti bukan dari Tokopedia,” ujarnya.

Ketiga, ia menyarankan agar masyarakat berhati-hati ketika menerima tautan dan jangan asal diklik. Keempat, Ekhel meminta agar masyarakat waspada bila diminta biaya saat proses perekrutan.

“Karena kami tidak pernah memungut biaya apa pun selama proses rekrutmen,” tuturnya.

Ia menekankan, pihaknya tak pernah mencantumkan nominal gaji saat menawarkan pekerjaan. Apalagi menyampaikannya melalui pesan singkat. Penawaran gaji hanya bakal disampaikan ketika kandidat lulus dari berbagai tahapan seleksi.

Menurut Kepala biro Humas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Chairul Fadhly Harahap, hoaks lowongan pekerjaan sering muncul saat selesai tahun ajaran sekolah.

“Umumnya, mereka (pelaku) menyasar lulusan baru dari lembaga pendidikan,” ucapnya, Sabtu (31/12).

Maraknya informasi lowongan pekerjaan palsu, kata dia, tak lepas dari perkembangan teknologi dan informasi, terutama media sosial.

“Dalam pantauan Pusat Pasar Kerja Kemenaker, dari Juli sampai dengan September 2022, ada lebih dari 20.000 loker (lowongan kerja) yang di-posting di berbagai media sosial di Indonesia,” ujarnya.

Hingga kini, Chairul mengakui, Kemenaker belum punya data berapa banyak orang yang tertipu informasi lowongan kerja palsu. Ia hanya membeberkan modus terkait hoaks lowongan pekerjaan.

Umumnya, menurut dia, pelaku penyebar informasi bohong lowongan pekerjaan mengunggahnya melalui media sosial, dengan mengatasnamakan dari perusahaan swasta atau BUMN.

“Untuk itu masyarakat harus waspada. Jika alamat korespondensi ternyata bukan website resmi perusahaan atau pencari kerja, diminta biaya untuk proses rekrutmen, maka dimungkinkan loker tersebut adalah hoaks,” katanya.

“Keuntungan yang diperoleh (pelaku) ada yang bersifat langsung dengan memungut biaya, ada yang tidak langsung dengan mendapatkan data-data digital dari pencari kerja.”

Agar terhindar

Lebih lanjut, upaya Kemenaker untuk meminimalisir beredarnya informasi lowongan pekerjaan palsu, kata Chairul, dengan melakukan proses verifikasi lowongan pekerjaan. Jika terverifikasi, maka akan diberi label khusus.

“Masyarakat dapat melihat informasi loker yang sudah terverifikasi oleh Pusat Pasar Kerja Kemenaker melalui media sosial Kemenaker,” katanya.

Selain itu, ia mendorong masyarakat hanya mencari informasi lowongan pekerjaan di media sosial atau situs web resmi yang dikelola Kemenaker, perusahaan, maupun pemerintah daerah.

Sementara itu, pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjuddin Noer Effendi mengatakan, maraknya hoaks lowongan kerja lantaran banyak yang membutuhkan pekerjaan, tetapi tak semua terserap karena peluang terbatas. Situasi itu dimanfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab.

“Seperti calo tenaga kerja dan itu sudah lama terjadi. Mereka itu lewat online (operasinya), bahkan sebagian besar turun ke desa-desa untuk menawarkan secara langsung,” ucap dia, Jumat (30/12).

“Dia (pelaku) tahu, katakan daerah A banyak anak muda yang sedang ingin cari kerja, itu dimanfaatkan oleh mereka (untuk didatangi).”

Menurut Tadjuddin, saat ini selain lewat media sosial, informasi lowongan pekerjaan bodong juga disebar melalui aplikasi pesan WhatsApp. Bahkan, kata Tadjuddin, hoaks lowongan kerja lewat aplikasi pesan lebih rentan karena ada potensi kebocoran data.

“WhatsApp kan enggak sembarangan (karena) itu nomor HP orang. Kalau pengumuman di media sosial itu kan bisa kita cek, tapi yang WhatsApp kita, bagaimana mengontrolnya?” ucap dia.

“Orang yang menerima WhatsApp seperti itu (informasi lowongan kerja) harus hati-hati.”

Ia mengatakan, sebagian besar modus pelaku penyebar hoaks lowongan pekerjaan berujung dengan permintaan uang. Menurutnya, jika seseorang mengalami hal itu dalam proses rekrutmen kerja, sebaiknya tidak dilanjutkan.

Ketimbang tergiur dengan lowongan kerja di media sosial, Tadjuddin menyarankan, lebih baik mencari informasi pekerjaan di kanal resmi pemerintah, perusahaan, atau datang ke bursa pasar kerja.

Jika ingin mencari lowongan kerja di portal khusus penyedia informasi lowongan pekerjaan, ia mengingatkan agar berhati-hati. “Dengan perkembangan IT (informasi dan teknologi) ini, modus penipuannya semakin canggih,” katanya.

Sentimen: netral (98.8%)