Ari Basuki dan buku cerpen karyanya. (foto: istimewa)

YOGYA - Penyair dan cerpenis Ari Basuki meluncurkan kumpulan cerpen berjudul 'Kobra'. Buku ini berisi cerpen-cerpen lama yang telah dimuat di media massa, termasuk di SKH Kedaulatan Rakyat.

"Seharusnya buku ini terbit 20 tahun lalu, namun karena sesuatu hal menjadi tertunda. Naskah yang sudah ada di penerbit, hilang," ujar Ari Basuki terus terang. Kebetulan temannya akan menerbitkan buku ini 'berpulang'.

"Naskah yang ada didisket rusak. Sudahlah mau bagaimana lagi?" ucapnya pasrah. Namun seiring perjalanan waktu, 3 bulan lalu, saat Ari Basuki bersih-bersih almari menemukan cerpen-cerpen yang telah di arsip kertas/kliping.

Dijelaskan Ari Basuki, buku ini berisi 17 cerpen yang telah dimuat media massa rentang tahun 1980-an hingga 1990-an.

"Tidak ada satupun cerpen dalam buku ini yang bertemakan cinta," ujar alumni S1 Universitas Sarjanawiayata Tamansiswa, S2 UNY dan S3 UGM.

Buku ini lebih banyak mengangkat persoalan batin manusia yang rumit, gelap dan liar. Pada gilirannya menciptakan kekerasan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan atau kegilaan.

Cerpen 'Kobra' menjadi salah satu pemenang Lomba Penulisan Cerpen yang diselenggarakan Teater Peron - UNS.

Cerpen 'Arman Gugat' menjadi salah satu pemenang Lomba Cerpen yang diselenggarakan Dewan Kesenian Yogyakarta dan Taman Budaya Yogyakarta.

"Buku cerpen ini sifatnya dokumentatif dan bisa menjadi buku apresiasi karya sastra," tuturnya, Minggu (01/01/2023).

Diakui Ari Basuki, sebenarnya dirinya lebih produktif menulis puisi dibanding cerpen. Sejumlah puisinya masuk dalam antologi Pendapa Tamansiswa Sebuah Episode (1982), Gunungan (1983), Tugu (1986), Tonggak Jilid IV (1987), Srigunting (1989)  Gondomanan 15 (2016) dan antologi tunggalnya Negeri Aneh (1986). (Jay)