AKURAT.CO Prosesi Ngunduh Mantu Kaesang Pangarep dan Erina Gudono dilaksanakan di Loji Gandrung atau Rumah Dinas Wali Kota Solo, pada Minggu (11/12) pagi. Acara Ngunduh Mantu diakhiri dengan dilangsungkannya tradisi Begalan, yaitu pembagian perabotan rumah tangga kepada masyarakat yang menghadiri prosesi pernikahan.

Tradisi Begalan berlangsung seru, puluhan masyarakat yang didominasi ibu-ibu berbondong-bondong memasuki halaman Loji Gandrung tatkala prosesi Begalan Kaesang-Erina dimulai. Tampak para masyarakat begitu antusias untuk turut memeriahkan rangkaian acara pernikahan putra bungsu Presiden RI Joko Widodo itu. Mereka terlihat sumringah dan bahagia memperebutkan beragam perabot rumah tangga yang disediakan.

AKURAT.CO/Paskalis Rubedanto

Salah seorang warga Solo yang mengikuti prosesi Begalan, Erli, mengatakan dirinya sengaja datang dari jam setengah 6 pagi untuk menyaksikan rangkaian prosesi pernikahan Kaesang-Erina. Erli yang ikut berebut berbagai perkakas, berhasil mendapatkan barang berupa rantang dan termos.

baca juga:

"Ngalap berkah mas, ngalap berkah. Saya sudah datang dari jam setengah enam," ujar Erli sambil memamerkan barang yang berhasil didapatnya.

"Semoga mas Kaesang dan mbak Erina bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah nggih," pungkasnya.

Sebelumnya, rangkaian acara Ngunduh Mantu yang dimulai sejak pukul 7.30 WIB terdiri dari beberapa rangkaian prosesi. Prosesi pasrah panampi boyong temanten mengawali rangkaian acara, dilanjutkan adat gepyokan dan minum air zam-zam serta pengalungan ronce bunga melati kepada mempelai.

Kemudian, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana memakaikan sindur kepada pasangan pengantin dan menuju pelaminan. Lalu, prosesi pangabekten atau sungkeman pasangan pengantin kepada kedua orang tua, diteruskan dengan proses tumplak punjen dan nyebar udik-udik.

Setelah tradisi begalan, rombongan pengantin bergegas menuju kereta kencana untuk menjalani prosesi kirab dengan diiringi musik karawitan. Kaesang-Erina menaiki kereta kencana milik Presiden Jokowi berwarna hijau tua yang ditarik oleh enam ekor kuda dengan kusirnya yakni Aiptu Warsito. Kirab dilaksanakan dari Loji Gandrung, menyusuri Jalan Slamet Riyadi dan berakhir di tempat resepsi, Pura Mangkunegaran Solo.[]