Sentimen
Positif (99%)
1 Nov 2022 : 11.05
Informasi Tambahan

Agama: Katolik

Event: Hari Sumpah Pemuda

Kab/Kota: Yogyakarta, Kotabaru

Tokoh Terkait

Jazz Syuhada, Tak Hanya Sejarah Perjuangan Tapi Simbol Keberagaman Lintas Iman Jogja

1 Nov 2022 : 11.05 Views 19

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Jazz Syuhada, Tak Hanya Sejarah Perjuangan Tapi Simbol Keberagaman Lintas Iman Jogja

Krjogja.com - YOGYA - Pagelaran Jazz Syuhada bersiap dilaksanakan kembali Sabtu (29/10/2022) nanti. Menarik, pentas musik Jazz di Jalan I Dewa Nyoman Oka ini dihelat bebarengan oleh panitia lintas iman dari Masjid Syuhada dan Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru.

Budhi Hermanto, Direktur Jazz Syuhada mengatakan pagelaran jazz tersebut merupakan pengingat Kotabaru sebagai bagian penting dalam konteks historis perjalanan sejarah Kota Yogyakarta. Kawasan ini menjadi saksi perjalanan peristiwa-peristiwa penting masa kolonial menjadi milestone pembangunan kawasan hunian modern.

Pada masa Jepang menjadi kawasan hunian dan aktifitas militer dan masa kemerdekaan kawasan ini tidak terlepas sebagai peran pendukung dalam Yogyakarta sebagai ibukota Republik. Beberapa bangunan di Kotabaru juga menjadi kantor lembaga negara pada masa kemerdekaan, seperti Kolese Ignatius yang menjadi kantor Kementrian Pertahanan, dan Museum Sandi yang pernah menjadi kantor Kementerian Luar Negeri. Kotabaru juga menjadi saksi atas perjuangan masyarakat Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama pada saat peristiwa Penyerbuan Kotabaru.

“Jazz Syuhada mengambil nilai bersejarah itu sebagai filosofi untuk mengenang para pejuang dan pahlawan (syuhada) yang ikut memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia, sebagaimana penamaan Masjid Agung Syuhada yang dibangun pasca kemerdekaan. Jazz Syuhada lahir atas inisiatif beberapa pihak untuk mengenalkan kawasan bersejarah Kotabaru-Yogyakarta, sekaligus sebagai media perjumpaan berbagai ragam komunitas dengan latar belakang yang beragam (suku, agama, profesi, dan lainnya) untuk keharmonisan dan kehidupan yang inklusif di Kotabaru, Yogyakarta. Dalam perkembangannya Jazz Syuhada berkolaborasi dengan berbagai elemen seperti Forum Warga Kotabaru, Pemerintah Kelurahan Kotabaru, Organisasi Kepemudaan, Ormas Keagamaan, Kampus/Universitas, dan kelompok kreatif lainnya di Yogyakarta,” ungkap Budhi pada wartawan dalam konferensi pers, Kamis (27/10/2022).

Jazz Syuhada menurut Budhi bukan sekedar event pertunjukan, tetapi juga menjadi peristiwa kebudayaan karena prosesnya yang mempertemukan beragam komunitas yang saling bekerjasama dengan semangat kesukarelawanan, memperkokoh keberagaman, dan kemanusiaan. Tahun ini Jazz Syuhada mengambil tema Sayuk Rukun, Memperkokoh Keragaman Merajut Kemanusiaan.

“Dalam peristiwa kebudayaan Jazz Syuhada tahun 2022, juga akan diselenggarakan Pidato Kebudayaan oleh Prof. Dr. Amin Abdullah dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yang mengambil tema Pancasila Melalui Seni, Musik, dan Budaya dalam rangka Memperingati Hari Sumpah Pemuda Merajut Keragaman Memperkokoh Kemanusiaan,” sambung Budhi.

Rendra Agusta, Ketua Pelaksana menambahkan dalam pertunjukan nanti akan ada ragam seni pertunjukan tradisi sepeti Bregodo, Angklung, Didong Gayo-Aceh, hingga pertunjukan musik dari para musisi komunitas jazz mbensenen Yogyakarta, diantaranya Syifa & Friends, Taksu Project, Heroik Karaoke, The Adlib Quartet, Portelea, dan Hardi & Friends. Pertunjukan akan dilangsungkan mulai pukul 14.00 hingga 23.00 WIB.

Sementara, Agustinus Daryanto, Frater yang juga panitia penyelenggara Jazz Syuhada mengatakan perhelatan jazz menjadi medium penyatu identitas Kotabaru sebagai poros keberagaman. Gereja Katolik menurut dia sangat terbuka dengan perbedaan termasuk melalui musik Jazz yang bisa menjadi simbol toleransi.

“Jazz Syuhada, kami ingin menyatukan dan mengembalikan identitas Kotabaru sebagai poros keberagaman. Ini event orang muda, digandrungi banyak orang termasuk dari Gereja Katolik dan Masjid Syuhada. Spirit Gereja Katolik sangat terbuka dengan perbedaan yang menciptakan perdamaian. Negara ada tanpa gereja bisa namun gereja tidak akan pernah ada tanpa negara. Jazz dalam toleransi, chord yang nanggung tapi juga enak. Ini yang menginspirasi kami untuk ikut ambil bagian. Jazz kami isi dengan ruh keberagaman dan toleransi,” pungkas dia. (Fxh)

Sentimen: positif (99.2%)